Minggu, 12 Agustus 2012

PENGERTIAN KONFLIK MENURUT PENDAPAT PARA PAKAR

 Presented by: Kornelis Wiriyawan Gatu, S.Sos 
( Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang )
Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1.        Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2.        Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3.        Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.

Konflik Menurut Stoner dan Freeman
Stoner dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
1.        Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
2.        Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.

Konflik Menurut Myers
Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)
1.        Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
2.        Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
Konflik Menurut Peneliti Lainnya
1.        Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik (1982: 234). Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan (Stewart & Logan, 1993:341). Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.
2.        Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif (Stewart & Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu – waktu terjadi kembali.

Kamis, 09 Agustus 2012

DAFTAR NAMA MAHASISWI BARU 
PROGRAM D3 & D4 KEBIDANAN
WIRA HUSADA NUSANTARA MALANG 
JALUR NTT 2012 / 2013

1.    Inosensia Fai / Gel: 0
2.    Kresensia Kristina Wanda / Gel: 0
3.    Yuliana Yufrista / Gel: 0
4.    Mariana Anu / Gel: 0
5.    Maria Yustina Dhone / Gel: 0
6.    Yanuaria Yulita Mao / Gel: 0
7.    Marthilda Christin Finsae / Gel: 0
8.    Rosita Andani Therik / Gel: 0
9.    Edita Carlyati Beno / Gel: 0
10.  Matilde Yati Jenia / Gel: 0
11.  Hildegardis Gracia Suryani / Gel: 0
12.  Odilia Veronika Mako / Gel: 0
13.  Fransiana Lemba / Gel: I
14.  Haryati Judan / Gel: I
15.  Florensiana Tri Guli / Gel: I
16.  Mariana Londa Wonga / Gel: I
17.  Adeltrudis Polu Rea / Gel: I
18.  Karolina Du’a Oga / Gel : I
19.  Felixima Maria Jenggo Malu / Gel : I
20.  Maria Natalia Laro / Gel : I
21.  Maria M. M. Juwa / Gel : I
22.  Maria Herlina Viany Dai / Gel : I
23.  Lidia Agustina Lamapaha / Gel : I
24.  Laurensia Tulit Atulolon / Gel: I
25.  Friny Jusnita Habut / Gel : I
26.  Bonifasia Y. Seldista / Gel : I
27.  Emilia Agustin Shintiani / Gel : I
28.  Maria Avera G. Godo / Gel : I
29.  Vivi Kartika Chandra / Gel : I
30.  Wilhelmina Jue / Gel : I
31.  Maria Vonaldi Labung / Gel : I
32.  Agnes Vinsensia Hambur / Gel : I
33.  Emilia Fransiska Dhasa / Gel : I
34.  Lidia Kresensia Reta / Gel : I
35.  Makrina Mirna Lensi / Gel : I
36.  Imelda Sartika / Gel : I
37.  Maria T. Melang / Gel : I
38.  Suryani / Gel : I
39.  Maria A. Dona / Gel : I
40.  Prudensia Songo / Gel : I
41.  Agnes Novalina / Gel : I
42.  Maria Rensiana Bara / Gel : I
43.  Suryani Hasan / Gel : I
44.  Trifonia Aurelia / Gel : I
45.  Maria Nona Nita / Gel : I
46.  Maria Welmince / Gel : I
47.  Karolina M. Nango / Gel : I
48.  Emilia M. Asnat / Gel : I
49.  Pangkrasia E. R. Pake / Gel : I
50.  Yulia B. Nawu / Gel : I
51.  Evifanisia Ina Lein / Gel : I
52.  Yohana L. D. Wea / Gel : I
53.  Eustakia O. Wisang / Gel : I
54.  Anjelina Sani / Gel : I
55.  Maria Skolastika Wuleng / Gel : I
56.  Yuliana Panul / Gel : I
57.  Elenita Salni / Gel : I  
58.  Apolonia Jemamut / Gel : I
59.  Maria Magdalena Saiman / Gel : I
60.  Yovita Jaimun /  Gel : I
61.  Ansgaria Jemia / Gel : I
62.  Margaritha E. J. Taek / Gel : I
63.  Yosefina Gabriela Yuni / Gel: I
64.  Maria Dorothea Y. Ida / Gel : II
65.  Maria A. S. Bupu Nenu / Gel : II
66.  Marselina Epifanesti Manggo / Gel: II
67.  Maria Yunita Tenggi / Gel : II
68.  Maria Amenia Mae / Gel: II